Minggu, 21 Februari 2010

Banyak Mahasiswa yang "Memble" Setelah Lulus

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebetulnya, nyaris setiap tahun perusahaan-perusahaan mencari karyawan baru yang pandai, berbakat, punya motivasi kuat untuk bekerja, serta memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja. Sayangnya, justeru hal terakhir itulah yang seringkali menjadi kendala rata-rata mahasiswa yang baru lulus dari perguruan tinggi.
Skil teknis berdasarkan nilai akademis hanya berpengaruh 10 persen untuk karir, sebaliknya karir lebih mengutamakan soft skill.
-- Aditia Sudarto
"Apapun yang disajikan oleh perguruan tinggi dengan ilmu-ilmunya memang tidak bisa seratus persen connect dengan dunia kerja yang penuh dengan hal-hal praktis," ujar konsultan pengembangan sumber daya manusia dari Daya Dimensi Indonesia, Aditia Sudarto, dalam diskusi Siap Hadapi Tantangan Dunia Kerja dengan Pendidikan Berfokus Karier, Kamis (18/2/2010) di Jakarta.
Aditia mengungkapkan, selama ini paradigma muncul adalah perguruan tinggi masih memfokuskan diri agar mahasiswanya memiliki prestasi berdasarkan nilai indeks prestasi kumulatif. Sebaliknya, perguruan tinggi memandang sebelah mata pada soft skillmahasiswa-mahasiswa tersebut, mulai skil presentasi, manajemen konflik, public speaking, dan kerja sama tim.
"Padahal, skil teknis berdasarkan nilai akademis hanya berpengaruh 10 persen saja untuk karir mereka setelah lulus, sebaliknya karir lebih mengutamakan soft skill. Dunia kerja atau industri itu justru menjadikan keterampilan nonakademis sebagai salah satu faktor penentu dalam penerimaan karyawan atau tenaga kerja, ini yang sebetulnya perlu diingat," jelas Aditia.
Tanpa keterampilan-keterampilan itu, kualitas mahasiswa first graduate tidak akan maksimal berkembang. Performa mereka menjadi memble ketika berhadapan dengan dunia barunya; dunia kerja dan segala tuntutannya.
Tidak mengherankan, lanjut Aditia, data survei tenaga kerja nasional tahun 2009 yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Nasional (Bappenas), mengungkapkan betapa tingginya jumlah pengangguran di Indonesia, sehingga sangat mengkhawatirkan. Data tersebut mengungkapkan, dari 21,2 juta masyarakat Indonesia yang masuk dalam angkatan kerja, sebanyak 4,1 juta atau sekitar 22,2 persen adalah pengangguran.

Lebih mengkhawatirkan lagi, tingkat pengangguran terbuka itu didominasi oleh lulusan diploma dan universitas dengan kisaran angka di atas 2 juta orang. Merekalah yang kerap disebut dengan "pengangguran akademik".
Untuk itu, kata Aditia, sudah saatnya paradigma pendidikan tinggi harus diubah, yaitu lebih memacu soft skill dan mengakomodasi kebutuhan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja di masa depannya.

Tidak ada komentar: